Posisi Daya Saing Dan Spesialisasi Perdagangan Teh Indonesia Dalam Menghadapi Globalisasi
Lucky Firmansyah* Rosihan Asmara** Nida Mulyawaty Maarthen**
Indonesia mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) sebagai negara agraris dan maritim. Awal tahun 1994 sekitar 80 persen dari seluruh rakyat Indonesia berada di pedesaan yang struktur masyarakatnya masih berbasis agraris. Disisi lain, sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan adalah penghasil komoditi ekspor non migas yang cukup potensial dan peranannya dalam sektor perdagangan luar negeri sangat besar. Teh (Camelia sinensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Teh sebagai komoditas penyumbang devisa mempunyai peranan penting dalam Pembangunan Negara. Pada tahun 2006, kontribusi perkebunan teh (bagian hulu) sebesar Rp 1,2 triliun dan mempekerjakan sekitar 320.000 pekerja atau setara untuk menghidupi 1,3 juta orang bila dihitung bersama keluarga. Sementara dibagian hilirnya, industri teh menyumbang pendapatan bagi negara sebesar Rp 2,5 triliun dan mempekerjakan sekitar 50.000 orang pekerja. Mempertimbangkan peranan strategis tersebut selayaknya industri teh nasional dapat berkembang dan menjadi komoditas unggulan. Namun, industri teh nasional mengalami banyak hambatan dikarenakan globalisasi perdagangan. Globalisasi perdagangan menyebabkan peningkatan persaingan dengan industri teh dari negara lain. Permasalahan dalam pengembangan dan peningkatan daya saing teh Indonesia juga nampak dari fluktuasi kontribusi negara tujuan ekspor teh Indonesia dan pengambil-alihan beberapa pangsa pasar teh Indonesia. Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi perkembangan industri teh di Indonesia dalam upaya mewujudkan teh sebagai komoditas unggulan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana posisi daya saing teh Indonesia dengan negara lain di pasar internasional dan bagaimana spesialisasi perdagangan teh Indonesia di perdagangan internasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis daya saing teh Indonesia dengan negara lain di pasar internasional dan untuk menganalisis spesialisasi perdagangan teh Indonesia di perdagangan internasional. Penelitian ini dilakukan di Indonesia. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah posisi daya saing dan spesialisasi perdagangan komoditas teh bagi Indonesia, Kenya, Sri Lanka, China dan India pada periode tahun 1981-2005. Data yang digunakan adalah data nilai ekspor dan nilai impor komoditas teh, nilai ekspor total dan nilai impor total masing-masing negara tersebut; data nilai ekspor dan nilai impor teh, nilai total ekspor dan nilai total impor dunia; data luas areal tanam, hasil produksi teh, produktivitas, konsumsi teh domestik; dan data sentra produksi teh Indonesia. Daya saing komoditas teh Indonesia, Kenya, Sri Lanka, China dan India dianalisis dengan menggunakan indeks Revealed Comparative Advantage (RCA). Spesialisasi perdagangan teh Indonesia, Kenya, Sri Lanka, China dan India dianalisis dengan menggunakan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP).
Posisi daya saing teh Indonesia lebih rendah dibandingkan Kenya, Sri Lanka, India, dan China. Hal ini diindikasikan dari nilai indeks RCA teh Indonesia (0,34) dibawah negara Kenya (27,77), Sri Lanka (19,31), India (1,80), dan China (0,36). Daya saing teh Indonesia dibawah rata-rata negara-negara lain tersebut dipengaruhi oleh rendahnya nilai ekspor teh Indonesia sedangkan nilai ekspor total Indonesia cukup tinggi. Teh Indonesia kompetitif dengan teh China atau dapat dikatakan pesaing terdekat teh Indonesia adalah teh China. Hal ini diindikasikan dari nilai indeks RCA yang selisihnya tidak berbeda jauh. Dibandingkan dengan China (US$ 358.843.600) nilai ekspor teh Indonesia (US$ 122.276.280) lebih rendah. Terlebih nilai ekspor total Indonesia (US$ 40.145.466.960) yang jauh lebih rendah dibandingkan China. Namun, nilai ekspor total Indonesia diatas negara Kenya (US$ 1.586.018.400), Sri Lanka (US$ 3.122.836.000), dan India (US$ 29.428.444.000).
Indonesia cenderung sebagai negara eksportir teh dengan nilai indeks sebesar 0,97. Nilai ISP teh Indonesia diatas Kenya (0,96), India (0,96), dan China (0,93), namun dibawah Sri Lanka (0,99). ISP teh Indonesia yang cukup tinggi dipengaruhi perbandingan nilai ekspor impor teh Indonesia yang cukup tinggi dibandingkan negara lain. Nilai impor teh Indonesia (US$ 1.982.080) yang rendah dibandingkan Kenya (US$ 5.659.880), Sri Lanka (US$ 4.264.080), China (US$ 13.428.080), dan India (US$ 6.941.360). Nilai ekspor teh Indonesia US$ 122.276.280) juga lebih rendah dibandingkan negara Kenya (US$ 346.237.360), Sri Lanka (US$ 497.366.520), China (US$ 358.843.600), dan India (US$ 430.980.640).
http://rosihan.lecture.ub.ac.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar