Minggu, 01 November 2009

makalah koperasi dalam pasar oligopoli

KOPERASI DALAM PASAR OLIGOPOLI


1. PENGERTIAN PASAR KOPERASI
Oligopoli adalah struktur pasar di mana hanya ada beberapa perusahaan (penjual) yang menguasai pasar, baik secara independen (sendiri-sendiri) maupun secara diam-diam bekerja sama. Oleh karena perusahaan dalam pesar hanya sedikit,maka akan selalu ada rintangan untuk memasuki pasar. Dewasa ini banyak koperasi di pasar-pasar lokal yang telah berintegrasi vertikal atau pasar-pasar yang lebih besar di mana perusahaan-perusahaan yang telah mapan masih sangat terbatas. Hal ini menunjukan bahwa koperasi yang telah berada di setruktur pasar oligopoli,yaitu struktur pasar dengan hanya terdapat beberapa penjual (perusahaan) yang menyebabkan kegiatan penjual (perusahaan) yang satumempunyai peranan penting bagi penjual (persahaan) yang lain. Integrasi vertikal yang dilaksanakan oleh perusahaan koperasi atau perusahaan-perusahaan lainnya di samping sebagai upaya meningkatkan efisiensi persahaan,juga untuk menghindari persaingan yang ketat antar penjual.asumsi yang menyatukan hampir semua model oligopolistik adalh banyaknya penjual dalm suatu pasar yang terbatas sehingga mereka mengenal titik temu kesalingtergantungan bersama dari kegiatan-kegiatan mereka.

2. Strategi Dalam Pasar Oligopoli

Dua strategi dasar terbuka untuk koperasi,yaitu strategi harga dan strategi nonharga. Kemudian untuk memperluas pasar masing-masing perusahaan dapat melakukan 2 bentuk kegiatan:

a. Advertensi.
Tujuannya adalah memindahkan kurva permintaan ke kanan dan membuatnya kurang elastis.

B. Membedakan Mutu Dan Bentuk Produk
Advertensi tujuanya agar konsumen lebih suka pada produk yang dijual perusahaan tersebut daripada produk perusahaan lain, sehingga kurva permintaan akan berputar kekanan dan membuat kurva permintaannya kurang elastis. Suatu kopersi dapat menciptakan persaingan harga aktip dalam pasar oligopoli (harga lebih rendah daripada harga persaingan). Karena adanya kesalingtergantungan yang tinggi antar perusahaan (penjual), kopersi dapat menghancurkan para pesaingnya dan mengakibatkan terjadinya penurunan keuntungan mereka.

Apakah para pesaing oligopolistik akan memulai perang harga untuk menyingkirkan koperasi. Hal ini akan sangat tergantung pada faktor-faktor berikut:

A. Perbedaan keunggulan biaya (cast advantages) dari koperasi.
B. Posis likuiditas dari para pelaku kegiatan ekonomi.
C. Keinginan para anggota untuk membiayai kerugian yang mungkin timbul (tingkat loyalitas anggota).

Tetapi yang paling penting dari ketiga hal tersebut adalah keunggulan atau kelemahan dalam hal biaya.

Keadaan ini diilustrasikan oleh gambar 9.2. pada gambar 9.2. perusahaan A memiliki biaya yang lebih rendah daripada perusahaan B (anggap saja koperasi).
Bandingkan situasi tersebut (koperasi dengan kemampuan rendah) dengan kasus di mana koperasi dan perusahaan pesaing oligopolistik yang menghasilkan produk homogen, tetapi mempunyai kemampuan yang sama (biaya produksi sama). Untuk memudahkan analisis dianggap bahwa :

A. Hanya ada dua perusahaan dalam industri yang menghasilkan produk homogen, satu di antaranya koperasi.
B. Masing-masing perusahaan setuju tentang pembagian pasar dengan masing-masing memperoleh setengahnya.
C. Dua perusahaan mempunyai biaya yang sama.

3. PENURUNAN HARGA YANG BERSIFAT PREDATOR (MENGHANCURKAN)


Untuk memupuk keuntungan dan likuiditasnya mereka mungkin dapat mencoba untuk menyingkirkan koperasi, sebab sekali mereka dapat menyingkirkan koperasi akan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Mereka dapat menjawab kebijakan harga dengan penurunan harga yang bersifat “predatory” yaitu menjual produk pada suatu harga di bawah biaya rata-rata kendatipun mengalami kerugian. Kerugian akan ditutupi oleh keuntungan sebagai monopoli yang ditumpuk selama masa harga tinggi sebelum masa prakoprasi. Koperasi yang kurang didkung oleh sumber daya finansial dapat terlempar dari persaingan, harga-harga dapat meningkatlagi dan kerugian yang sifatnya sementara dapat dikompensasi oleh keuntungan “supranormal” (akibat moanopoli) dan dampak koperasi dengan harga aktifnya tidak akan ada artinya.

4. PRICE LEADERSHIP (KEPEMIMPINAN NEGARA)

Kesimpulan yang dipearoleh adalah meskipun koperasi mempunyai kemampuan tinggi untuk dapat bersaing dan bertahan, akan bijaksana bila menggunakan senjata harga secara hati-hati dalam bersaing, sebab dalam kondisi tertentu (dalam oligopolistik) penurunan harga dapat dikalahkan dangan mudah. Salah satu cara untuk mencegah agar harga tidak merusak koperasi adalah dengan jalan “mengikuti pimpinan” dalam melakukan penjualan (price leadership). Price leadership adalah salah satu benuk persekongkolan (collusion) yang tidak resmi. Hal ini terjadi jika harga dari suatu perusahaan berubah, maka akan diikuti perusahaan lainnya dalam pasar tersebut. Dilihat dari segi jenisnya, price leadership dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

A. Kepemimpinan oleh suatu perusahaan dengan biaya rendah
B. Kepemimpinan oleh suatu perusahaan besar (dominan
A. Pice Leadership Oleh Perusahaan Dengan Biaya Terendah

A. Pice Leadership Oleh Perusahaan Dengan Biaya Terendah
Perusahaan tersebut dapat bertindak sebagai Pice Leader. Untuk mempermudah analisis, perlu ditetapkan asumsi sebagai berikut:

1) Hanya Ada dua buah perusahaan dalam industri, satu di antaranya koperasi;
2) Adanya pembagian pasar secara diam-diam dengan masing0masing memperoleh setengah dari pasar yang ada;
3) Produk yang di hasilkan homogen;
4) Salah satu perusahaan mempunyai ongkos lebih rendah daripada yang lain

Jika kurva permintaan pasar adalah D dan dari masing-masing perusahaan bersedia membagi pasar menjadi dua bagian dengan sama besar, maka kurva masing-masing perusahaan digambarkan setengah dari kurva permintaan pasar, yaitu d. Jadi kurva permintaan perusahaan satu dengan lainnya berimpitan pada kurva d. Perusahaan saatu dengan kurva ongkos AC1 dan MC1 mempunyai biaya yang lebih rendah daripada perusahaan pesaingnya, misalnya koperasi (digambarkan dengan kurva biaya AC2 dan MC2).

B. Price Leadership Oleh Perusahaan yang Dominan

Untuk menghindari saling menurunkan harga, maka diadakan perjanjian secara diam-diam dalam bentuk perjanjian price leadership oleh satu atau lebih perusahaan-perusahaan yang besar. Sebagai perusahaan yang menurunkan harga, perusahaan, besar akan menetapkan harga berdasarkan prinsip laba meksimal, yaitu pada saat merginal revenue sama dengan merginal cost (MR=MC).
Perusahaan besar akan menetapkan harga bagi output-nya dan tersebut akan diikuti oleh masing-masing perusahaan kecil. Sepanjang pemimpinan harga tidak kehilangan kekuatan dan posisinya dengan masuknya koperasi kepasar, maka perusahaan tersebut (price leader) dapat bersikap toleran terhadap pesaing-pesaing baru, sepanjang koperasi itu mau mengikuti harga yang ditetapkan oleh perusahaan pemimpin. Hal ini akan merupakan suatu strategi rasional bagi koperasi untuk mengikuti, jika koperasi masuk pasar dengan initial cost yang lebih tinggi atau skala koperasi itu kecil sehingga secara de facto wajib mengikuti perusahaan pemimpin yang telah mapan. Untuk sebagian besar koperasi yang akan memasuki pasar, hal ini mungkin merupakan asumsi yang realistis.
Dalam hal ini anggota koperasi akan merasa dirugikan karena dua alasan:

1) Anggota koperasi perlu membayar asumbangan kapital atau biaya-biaya koperasi untuk mempertahankan situasi ini, sedangkan non-anggota tidak perlu membayarnya. Dalm hal ini akan lebih baik tidak untuk menjadi anggota koperasi daripada menjadi anggota.

2) Anggota koperasi harus tunduk kepada kuota produksi yang dikenal koperasi, sedangkan penjual lain yidak perlu tunduk pada kuota tersebut sehingga ia dapat menjual sebanyak yang ia kehendaki.

Oleh karena itu menurut Boediono (1986), satu-satunya jalan agar koperasi tetap hidup dan tumbuh dalam lingkungan pasar seperti ini adlah dengan mengembangkan manfat economies of scale, exeternal economies dan pendidikan yang potensial yang bisa diperolek dari usaha koperasi.
5. RINTANGAN-RINTANGAN MEMASUKI PASAR

Perusahaan baru yang akan masuk ke dalam industri harus dirintangi karena ia akan merusak penggabungan ollopoh. Rintangan-rintangan itu dapat berupa rintangn yang “natural” (alamiah) seperti skala ekonomis, diferesiensi produk, dan lain-lain dan yang “artificial” (buatan) seperti hak paten, hak monopoli, dan lain-lain. Argumentasi utama mengenai adanya rintangan-rintangan untuk memasuki pasar itu adalah sebagai berikut: peserta (entrant) oligopoli diasumsikan terbatas. Rintangan yang dihadapi perusahaan baru untuk memasuki stuktur pasar oligopolistik atau monopolistik bisa bermacam-macam bentuk, seperti:

a.Sanksi-sanksi hukum dari pemerintah seperti hak paten, hak monopoli, hak cipta, dan lain-lain.
b. Diferensiasi produk, artinya mencegah pesaing baru masuk dengan membeda-bedakan produk dari kelompok produk yang sama berdasarkan jenis, merek, kemasan, dan lain-lain.
c. Keterbatasan modal atau penetahuan dan teknologi. Perusahaan yang mempunyai kemampuan lebih tinggi merupakan rintangan bagi perusahaan baru yang mempunyai kemampuan leih rendah untuk masuk pasar.
d. Ukuran permintaan pasar yang terbatas sehingga satu atau berberapa perusahaan telah cukup untuk memenuhi permintaan pasar (masalah skala ekonomi).
e. Politik harga yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan dalam pasar, misalnya dengan mengancam perusahaan baru (katakanlah koperasi) dengan jalan akan menurunkan harga yang cukuap untuk menghapus keuntungan (strategi harga predator).

Untuk koperasi, tiga hal terakhir yang mungkin merupakan rintangan yn\ang sangat serius untuk dapat memasuki pasar oligopoli atau monopoli. Pada umumnya koperasi adalah peserta baru di pasar dan menghadapi kendala permodalan, teknologi dan manajemen. Akibat keterbatasan modal dan atau rendahnya teknologi dan kemapuan manajemen (keahlian, pengetahuan teknis, kurangnya pengalaman), menyebabkan kurva biaya koperasi yang memasuki pasar akan terletak diayas kurva biaya perusahaan yang telah mapan. Oleh karena itu, potensi untuk masuknya koperasi dalam kondisi seperti itu tidak akan dianggap serius oleh perusahaan-perusahaan yang sudah mapan. Perusahaan-perusahaan yang telah mapan dapat mencegah masuknya produsen (penjual) yang mempunyai biaya lebih tinggi tersebut dengan jalan menetapkan harga di bawah tingkat biaya peserta potensial yang akan masuk (potensial entrant)
Argumen skala ekonomis pada dasarnya bukan merupakan argumen yang menunjukan keunggulan komperatif koperasi atas perusahaan nonkoperasi. Untuk keperluan ini perlu dibedakan situasi, yaitu:

a. Skala ekonomis hanya dapat dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan yang telah mapan dan tidak dapat oleh entrant baru.
b. Misalnya hanya koperasi yang mampu untuk melaksankan ekonomis.

Model tradisional dari kepemimpinan harga dan penghalang-penghalang terhadap masuknya koperasi ke dalam pasar secara implisit mengasumsikan bahwa new entrant yerhadap pasar adalah perusahaan baru dan atau perusahaan itu sedemikian kecil sehingga ia akan wajib untuk mengikuti kepemimpinan harga.

6. PENGHALANG-PENGHALANG MASUK DAN INTEGRASI VERTIKAL KOPERASI

Masuknya suatu koperasi dapat dikoordinir melalui kerja sama intgrasi vertikal oleh perusahaan-perusahaan anggota yang telah mapan.

Dibanding dengan suatu perusahaan yang dimiliki oleh suatu insvestor yang memasuki pasar, masuknya koperasi yang mempunyai kemapuan sama pasti lebih mudah karena:

a. Para pelanggan adalah lebih mungkain melakukan kontrak dengan perusahaan yang dimiliki sendiri.
b. Para anggota akan lebih bersedia/terbuka memberikan informasi penting mengenai kondisi pasar yang bermanfaat bagi manajemen dalam meningkatkan kualitas produk priklanan dan menekan biaya koperasi.
c. Hubungan yang lebih kuat, antarperusahaan anggota dan loyalitas antara anggota dan manajemen, koperasi menunjukan reputasi baik yang dikandungsejak “bayi” yang merupakan keunggulan lain dibanding perusahaan lain.

Tidak ada komentar: